Kamis, 23 Juli 2009

Sajak "P A L S U"



Sajak "P A L S U"

Oleh:

Sastrawan palsu sahrul djamuddin (ka’ chau)


Selamat pagi pak, met pagi bu,
ucap anak sekolah dengan sapaan dan jabat tangan palsu.
Lalu merekapun belajar sejarah palsu dari buku-buku palsu.
Di akhir sekolah mereka terperangah

melihat hamparan nilai mereka yang palsu.

Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah mereka

ke rumah-rumah bapak dan ibu guru

untuk menyerahkan amplop berisi perhatian dan rasa hormat palsu.
Sambil tersipu palsu dan membuat tolakan2 palsu,

akhirnya pak guru dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu
untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan nilai-nilai palsu yang baru.


Masa sekolah demi masa sekolah berlalu, merekapun lahir sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu, ahli pertanian palsu, insinyur palsu.

Sebagian menjadi guru, ilmuwan atau seniman palsu.

Dengan gairah tinggi mereka menghambur ke tengah pembangunan palsu
dengan ekonomi palsu sebagai panglima palsu.

Mereka saksikan ramainya perniagaan palsu dengan komoditi ekspor-impor palsu

yang mengirim dan mendatangkan berbagai barang kelontong kualitas palsu.

Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus, bunga dan hadiah-hadiah palsu

tapi diam-diam meminjam juga pinjaman dengan ijin dan surat palsu.

Masyarakat pun berniaga dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu.
Maka uang-uang asing menggertak dengan kurs palsu
sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis
yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam nasib buruk palsu.

Lalu orang-orang palsu meneriakkan kegembiraan palsu

dan mendebatkan gagasan-gagasan palsu di tengah seminar dan dialog-dialog palsu

menyambut tibanya demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring dan palsu.

Makanya tidak heran sekarang ini banyak berkeliaran;
Guru2 palsu bersertifikasi palsu, Ulama palsu, agama palsu, Nabi palsu,

Presiden Palsu, Pemimpin Palsu, Pengusaha palsu, Hakim palsu, Pengacara palsu,

uang palsu, Aparat palsu, Pria palsu, Wanita palsu, cinta palsu (20-an VS Belasan tahun),

Istri/Suami palsu (Kawin Kontrak Kali yeeee… ca’ illEEeeh), Dukun palsu, anak anak palsu,

lengkap dengan negawaran palsu, wakil rakyat palsu dan POLITISI2 palsu

yang berijazah palsu dengan surat keterangan sehat palsu dari dokter2 palsu

berkedok wajah dan gigi palsu yang sudah dimodifikasi oleh designer palsu…


Tapi satu perlu yang anda tahu!!!!

Aq bukan palsu lhooo…

Tapi aq merk n made in Indonesian (Bugis) Asli Coyyyy


Tidak ada komentar:

Paradoks Masa Kini

Kita mempunyai gedung yang semakin tinggi,
tapi kesabaran yang semakin rendah.

Jalan yang semakin lebar,
tapi sudut pandang yang semakin sempit.

Semakin banyak membelanjakan,
tapi semakin sedikit yang dimiliki.

Semakin banyak membeli,
tapi semakin sedikit yang dinikmati.

Punya rumah semakin besar,
tapi kehidupan rumah tangga yang semakin terpencil.

Semakin banyak tersedia kesenangan,
tapi semakin sedikit waktu untuk menikmatinya.

Semakin banyak pengetahuan,
tapi semakin sedikit kebijaksanaan.

Semakin banyak para ahli,
tapi justru semakin banyak pula masalah.

Semakin banyak obat,
tapi juga semakin sedikit ketenangan.

Kita memiliki semakin banyak barang dan kepemilikan,
tapi semakin berkurang nilainya.

Kita semakin banyak bicara,
tapi semakin sedikit mencinta dan semakin banyak membenci.

Kita belajar untuk mencari nafkah penghidupan,
tapi gagal menemukan kehidupan.

Kita telah menambah semakin banyak tahun dalam kehidupan,
tapi gagal untuk menikmati kehidupan dalam tahun-tahun yang dijalani.

Kita berhasil pergi ke bulan dan kembali,
tapi masalah untuk pergi ke depan rumah untuk menemui tetangga.

Punya penghasilan yang lebih tinggi,
tapi moralitas yang semakin rendah.

Kita belajar untuk membuat udara lebih bersih,
tapi kita mengotori jiwa kita sendiri.

Kita belajar untuk memisahkan atom-atom,
tapi tak sanggup memisahkan prasangka-prasangka buruk kita.

Kita memiliki kuantitas yang berlimpah ruah,
tetapi kualitas yang semakin langka.

Ini adalah waktu dimana ada orang semakin tinggi posturnya,
tapi makin pendek karakter kepribadiannya.

Keuntungan finansial membumbung tinggi,
tapi hubungan dengan sesama semakin dangkal.

Ini adalah masa kedamaian dunia,
tapi perang dalam keluarga.

Makin banyak hiburan,
tapi makin sedikit rasa kebahagiaan.

Makin banyak makanan,tapi makin berkurang nutrisinya.Ini adalah saat di mana keluarga berpenghasilan ganda,
tapi perceraian di mana-mana.

Makin banyak rumah yang indah,
tapi semakin banyak rumah tangga yang pecah …